Calm After The Storm

Standard

2 (9)

Calm After The Storm

Min Yoongi x Park Minha

related to: Bittersweet

.

AU, Fluff | Ficlet | 15

.

.

.

Kala Yoongi membuka kelopaknya, ia langsung mendapati rupa sang gadis yang masih lelap. Tertidur di sampingnya dengan damai, kendati keduanya sedang dalam posisi duduk di atas sofa. Namun, terlepas dari fakta itu, Minha tetap nyaman-nyaman saja menggunakan bahu Yoongi sebagai bantal. Lengkap dengan lengannya sendiri yang tengah melingkari pinggang Yoongi, bergelung layaknya anak kucing yang kelelahan selepas bermain.

Omong-omong, Minha memang mirip kucing, sih.

Well, Min Yoongi tidak sedang membicarakan rupa atau fisik gadis itu tentu. Alih-alih, ia tengah merujuk pada sifat Minha yang serupa seperti seekor kucing. Minha yang dari luar terlihat galak dan hanya peduli pada dirinya sendiri, yang suka pura-pura mengabaikannya, kendati kenyataan berkata sebaliknya. Karena, tanpa diberitahu pun, Yoongi tahu kalau Minha pasti peduli padanya—

Ng—”

“Kamu sudah menjadikanku guling selama hampir dua jam, tahu.”

—dan juga menginginkan perhatiannya.

Seolah membuktikan hipotesa Yoongi barusan, Minha membalas dengan gumam malas. Enggan bergerak menjauh, meski kini Yoongi berpura-pura mendorongnya. Gadis itu memilih untuk mencengkeram ujung kaus Yoongi erat-erat, berucap samar bahwa ia menyukai bau parfum sang lelaki. Suatu pernyataan yang membuat jungkitan alis tercipta, diikuti dengan sanggahan kecil setelahnya.

“Seingatku, kaus ini dicuci dengan meminjam mesin cuci dan detergenmu, hm?”

“Kalau begitu aku suka bau detergennya.”

“Jadi kamu tidak suka denganku?”

“Suka,” balas Minha tanpa jeda, membuka kelopaknya untuk menatap Yoongi lekat-lekat. “Aku suka Min Yoongi—”

“—dan itu diucapkan oleh seseorang yang nyaris memutuskanku beberapa hari lalu.”

Hening menyambut pernyataan Yoongi tersebut, selagi Minha mengerucutkan bibir dan memilih untuk menundukkan kepala. Sembunyikan wajahnya, jemari memainkan ujung kaus sang lelaki yang masih ada di genggaman. Ia bukannya kesal atau merajuk lantaran Yoongi mengungkit-ungkit masalah itu. Namun, rasa malu pasti ada, kan? Terlebih karena ia sempat bersikap keras kepala dan kekanak-kanakan hari itu, sebuah bukti bahwa Min Yoongi itu memang terlalu baik bagi—

“Jangan berpikiran macam-macam lagi,” potong Yoongi, seakan ia bisa membaca isi otak Minha. Tangan diulurkan untuk meraih dagu sang gadis, memaksanya untuk mendongakkan kepala sebelum bergumam memanggil, “Minha-ya….”

“Maaf.”

“Apa yang perlu dimaafkan?” Yoongi bertanya, tak mengerti. Lagi pula, ia sudah memahami apa yang terjadi pada hari itu. Ia mengerti kekhawatiran yang ada di benak Minha, dan ia lega karena semuanya kini baik-baik saja. Beberapa hari tak bertemu bukan masalah baginya—toh ia bisa bebas menggunakan siang harinya untuk beristirahat dengan sang gadis hari ini. Jadi….

“Karena aku bukan gadis yang baik, karena aku sering berpikiran macam-macam, karena terkadang aku mengira kalau lebih baik—”

“Lebih baik, buatkan makan siang untukku.” Yoongi melanjutkan dengan senyum terkulum di bibir, tahu-tahu bangkit berdiri dan menarik Minha bersamanya. “Apa saja boleh. Bagaimana?”

Minha menatapnya tanpa kata, namun lekas paham bahwa itu adalah isyarat Yoongi untuk tak memperpanjang konversasi. Membuatnya berakhir mengalah, lantaran ia sendiri enggan untuk memulai pertengkaran yang lain. Maka, tanpa buang waktu, ia pun memutuskan untuk mengabulkan permintaan Yoongi. Dengan sigap berjalan ke dapur dan mulai mengecek isi kulkasnya, mengeluarkan beberapa butir telur tepat kala Yoongi menyandarkan dagu pada pundaknya.

“Aku mengenalmu selama belasan tahun, tolong jangan buat itu sia-sia.”

Hanya anggukan kecil yang Minha berikan sebagai jawaban, sementara benaknya mengatakan bahwa ia harus menggenggam momen ini erat-erat. Membiarkan bahagia mengalir; melesapkan ketakutan dan pikiran buruk pada saat bersamaan. Masa-masa berat mungkin akan hadir, tapi bukan berarti masa-masa yang manis mustahil untuk datang kembali, bukan?

“Thanks.”

Satu gumam pelan akhirnya disuarakan, selagi Minha memutuskan untuk menarik diri dan saling bertukar pandang. Berpikir sebentar, kemudian sekon berikutnya bergerak maju untuk mengecup pipi Yoongi. Spontan membuat sang lelaki terkejut, terlebih ketika Minha melontar tawa ringan dan mengikutinya dengan satu kalimat—yang Yoongi pikir, jarang sekali keluar dari bibir gadisnya.

“Aku menyayangimu, Min Yoongi.”

.

fin.

4 thoughts on “Calm After The Storm

  1. Aku menyayangi mu juga yoongi XD

    Haaahhh, andai laki-laki macam ini ada di dunia nyata. Mau dong di jadiin suami. Ga mesti yang muka korea deh, muka lokal juga tak apa LOL haha.

    Tapi aku suka banget sama pasangan ini. Sampe udah melekat gitu masa hihi.

    Terima kasih untuk menulis cerita ini 😀

    Like

  2. diousé

    Asdfghjkl…
    Aiguu ini manis bgt, kelanjutan Bittersweet-nya ternyata beneran manis gini ><
    Ga kuat ga kuat .. Minha-Yoongi terlalu manis, baper ni saya 😂😂
    Sweet-sweet-sweet fic kak… 👍

    Like

Leave a comment