Life-After-Life: Earth, New Job, and Fate [1/?]

Standard

life-after-life

a fanfiction by Tsukiyamarisa

Cast(s): [CNBlue] Kang Min Hyuk, [f(x)] Jung Krystal, [SHINee] Lee Taemin, [EXO-K] Kai || Duration: Chaptered || Genre: AU, Romance, Family, Fantasy || Rating: PG ||

Summary:

Min Hyuk. Soo Jung. Taemin. Kai.

Mereka semua memiliki masa lalu dan masa depan yang saling terikat satu sama lain. Tidak ada satupun dari mereka yang paham, bagaimana catatan takdir akan memutuskan akhir dari kisah ini. Happy end or… not?

Disclaimer:

All casts belong to themselves. Storyline and poster belong to me. Inspired by: Black Butler  and SHINee’s song – 1000 Years Always By Your Side. Do not plagiarize or repost without permission.

*****

Life-After-Life: Earth, New Job, and Fate

Earth… a place which they missed so much

New Job… do it well, your second life is in danger

Fate… it may be more cruel than what you’ve think before

.

.

.

 

Hyung!

Taemin mendongak dengan malas, jemarinya masih sibuk memainkan jam saku miliknya. Ia melambaikan tangan, menyuruh laki-laki yang tadi berseru memanggilnya untuk berjalan mendekat.

“Kita mendapat tugas baru!” seru pemuda berkulit kecoklatan itu dengan nada gembira. Taemin sontak mendengus kesal, ekspresi wajahnya berganti menjadi mendung –sangat berkebalikan dengan raut muka si pemberi kabar. Saat ini, ia sedang menikmati liburannya dan hal terakhir yang ingin didengarnya adalah perintah untuk turun ke bumi demi melaksanakan pekerjaannya.

“Tidak lihat kalau aku sedang liburan, huh?” balas Taemin dongkol pada pemuda bernama Kai itu. Kai menggeleng polos, tangannya menyodorkan buku bersampul kulit hitam yang sedari tadi digenggamnya.

Ck, tidak bisakah kau pergi sendiri?”

Master Kris masih belum mau melepasku sendiri setelah insiden tempo hari.”

Taemin berdecak pelan, mendadak teringat akan kecerobohan Kai dua hari yang lalu. Lelaki itu membawa pergi arwah manusia sebelum waktu yang ditentukan. Hanya perbedaan menit yang tak seberapa, namun cukup untuk membuat pimpinan mereka –Kris –marah besar.

Dan sialnya, imbas dari semua perbuatan Kai itu bermuara pada dirinya. Bagaimanapun juga, ia adalah senior pemuda itu. Orang yang dulu pernah diberi kehidupan kedua sebagai shinigami –pembawa pesan kematian –oleh Taemin. Orang yang sejak saat itu menjadi tanggung jawab Taemin.

“Dia itu tanggung jawabmu. Kalau kau memutuskan memberinya kesempatan, maka berhentilah mengeluh dan ajari dia untuk bekerja lebih baik!”

Taemin mendengus lagi. Kata-kata Kris kemarin kembali terngiang dan membuat kepalanya berputar cepat karena pusing. Jika saja Kai tidak kunjung memperbaiki kualitas kerjanya, Taemin yakin cepat atau lambat ia akan kehilangan kendali dan memutuskan untuk menarik kehidupan laki-laki di hadapannya itu.

“Jangan memasang wajah seperti itu, hyung. Kau mengerikan.”

Taemin mendelik tajam, sontak membuat Kai memundurkan kakinya beberapa langkah sembari mengangkat kedua tangan. Pemuda itu membelalak semakin lebar, nyaris berderap pergi saat Taemin menarik keluar tongkat hitam yang langsung memanjang dan dilengkapi oleh pisau tajam melengkung di ujungnya –sebuah death scythe –dari balik jas hitamnya.

Hyung… kau bukannya mau mengambil kembali kehidupan keduaku, bukan? Kau kan sudah berjanji…”

Taemin mengacungkan death scythe miliknya ke arah Kai, menghentikan mata pisau tajamnya beberapa inci tepat di depan wajah lelaki itu. Kai berjengit kaget, namun ia tetap bertahan di tempat. Ia tahu bahwa tidak ada gunanya mencoba untuk melawan Taemin pada tahap ini. Senjata miliknya hanyalah berupa pedang tipis panjang berwarna keperakan, jelas-jelas memiliki tingkat kekuatan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan milik Taemin.

“Sekali saja kau berbuat kesalahan pada tugas hari ini, aku tidak akan mengampunimu,” bisik Taemin lirih dengan nada mengancam. Kai menelan ludahnya berat, kemudian mengangguk ragu.

“Ayo!”

Taemin berbalik cepat, mengibaskan death scythe miliknya sampai pisau itu kembali bertransformasi menjadi sebatang tongkat. Diiringi helaan napas lega, Kai pun melangkah cepat menyusul Taemin menuju gerbang pembatas antara dunia manusia dan outsiders –tempat tinggal para shinigami. Jas hitam pekat mereka berkibas pelan dan bersamaan dengan satu jentikan jari, keduanya pun menghilang dari pandangan.

***

“Soo…”

Soo Jung menoleh sekilas, menatap sosok seorang lelaki bermata sipit yang berdiri di ambang pintu. Gadis itu menggumamkan sapaan pelan, kemudian kembali mengalihkan pandangan ke arah taman rumah sakit yang terletak tepat di depan jendela kamarnya.

Ia bosan, kesepian, dan ia membenci segala beban berat yang terpaksa harus ia letakkan di atas pundaknya.

Seakan-akan hidupnya belum cukup menderita saja. Seolah-olah kehilangan seluruh keluarga, menderita karena penyakit bawaan, dan hidup tanpa teman itu menyenangkan.

Soo Jung mendesah keras, terselip nada sarkastis di dalamnya. Min Hyuk –lelaki yang baru saja datang tadi –menoleh cepat dengan alis terangkat, mempertanyakan arti desahan Soo Jung.

“Kenapa?”

Sang gadis menatap Min Hyuk dengan pandangan sendu, tidak yakin untuk mengungkapkan beban pikirannya begitu saja. Ia masih punya hati, dan masalahnya ia tak sampai hati untuk kembali membebani Min Hyuk dengan persoalan-persoalan baru dalam hidupnya.

Min Hyuk adalah satu-satunya yang dimiliki oleh Soo Jung. Tidak, ia tidak bermaksud bersikap hiperbolis atau bertingkah layaknya orang paling malang di seluruh dunia. Ia berkata jujur, karena memang begitulah adanya. Soo Jung masih hidup, bernapas, dan memunyai keinginan untuk bertahan karena pria itu.

Kang Min Hyuk.

Ia yang muncul begitu saja dalam hidup Soo Jung, tersenyum cerah layaknya mentari, dan memaksa gadis itu untuk ikut mengembangkan senyum tiap kali Min Hyuk menunjukkan jurus eye smile-nya. Ia yang selalu berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, mendekap Soo Jung erat-erat, dan melimpahkan semua kasih sayang yang tak lagi dimiliki Soo Jung sejak seluruh keluarganya raib tanpa jejak.

Jadi, bisa apa ia tanpa Min Hyuk di sisinya? Akan menjadi apa ia tanpa secercah warna laki-laki itu di dalam gelap pekatnya dunia?

Bukan apa-apa.

Itulah sebabnya Soo Jung tidak tega untuk melukai perasaan Min Hyuk dengan mengatakan kebenarannya.

Kebenaran bahwa hidupnya tak akan berlangsung lama.

Bahwa jarum jam telah melewati angka demi angka dengan semakin cepat, menarik paksa setiap waktu yang tersisa dalam hidup Soo Jung dan Min Hyuk. Bahwa kedua insan manusia itu mungkin memang tidak ditakdirkan untuk bersatu.

Ia menggeleng keras, berusaha mengenyahkan pemikiran itu dari segenap sel-sel otaknya. Min Hyuk mengerutkan kening, masih menunggu jawaban yang akan terlontar dari bibir sang gadis. Namun, alih-alih mengatakan fakta, Soo Jung kembali menggeleng tegas untuk yang kesekian kalinya.

“Bukan apa-apa. Mungkin aku hanya rindu padamu,” jawab Soo Jung ringan sembari menyusupkan diri ke bawah lengan Min Hyuk, bersembunyi di balik kehangatan pelukan pemuda itu.

Untuk sementara ini, ia hanya ingin bahagia.

Bolehkah?

***

Min Hyuk memainkan kaleng minuman di tangannya, membolak-baliknya tanpa ada niatan untuk membukanya. Ia menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas yang mengelilingi atap rumah sakit, menatap hampa gemerlap lampu kota Seoul di bawah sana.

Ia lelah. Dan ia membenci dirinya sendiri karena ia hanya bisa bertingkah layaknya pria tak berguna.

Bahkan gadis yang paling berharga dalam hidupnya –Jung Soo Jung –tak lagi memercayai dirinya, bukan? Buktinya, gadis itu menolak untuk membagi masalahnya, memilih untuk menyembunyikannya sendiri, dan berusaha menjaga perasaan Min Hyuk agar tidak terjangkau rasa cemas.

Tetapi, Kang Min Hyuk bukan orang bodoh. Ia mengetahui segalanya.

Ia terlalu mengenal Soo Jung. Gadis yang terpaut jarak tiga tahun darinya itu telah menjelma bagai oksigen dalam hidup Min Hyuk. Sebuah kebiasaan, eksistensi yang harus selalu ada di dalam hari-hari Min Hyuk selama dua tahun belakangan ini.

Min Hyuk ingat bagaimana kali pertama ia menatap dua manik mata cemerlang Soo Jung. Bagaimana ia menemukan gadis itu terduduk di pojok rumah sakit sendirian, menangis tanpa suara, dan membiarkan dingin menyapu setiap kulit tubuhnya. Bagaimana ia –sebagai seorang lelaki baik-baik –tentu saja tidak sanggup untuk mengabaikan tubuh kurus sang gadis begitu saja.

.

“Kau… tidak apa-apa?”

Sosok di hadapannya itu terdiam, tak bersuara. Isakan kecil masih terlepas dari kedua belah bibirnya, sementara Min Hyuk hanya bisa menolehkan kepalanya cepat untuk mencari bantuan. Nihil. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan koridor ruang inap tempat mereka berada saat itu kosong melompong.

Tanpa pikir panjang, Min Hyuk menarik lepas jaket yang ia kenakan. Membungkus tubuh gadis yang tak ia kenal itu dan mulai menepuk-nepuk punggungnya dengan canggung untuk memberi sedikit ketenangan.

“Kenapa? Kenapa… kau peduli padaku?”

Dan itu adalah kali pertama Min Hyuk mendengar suara Soo Jung.

Ia mengangkat bahunya, tak yakin harus memberi jawaban apa. Detik berikutnya, gadis itu pun memeluk Min Hyuk erat dan membiarkan tubuhnya terkulai lemah tak berdaya di sana. Kehilangan kesadaran, mengakibatkan Min Hyuk harus berteriak-teriak keras untuk mencari pertolongan.

.

.

.

“Jung Soo Jung mengalami kelainan pada jantungnya sejak ia masih kecil. Hanya saja, akhir-akhir ini kondisinya bertambah buruk,” ucap seorang lelaki tua berbalut jas putih sembari menepuk pundak Min Hyuk.

Dari sanalah Min Hyuk mengetahui segalanya. Nama gadis berambut panjang itu dan juga penyakit yang dideritanya. Sepercik rasa pun muncul di sudut hatinya. Entah itu iba, kasihan, kepedulian, ataupun kasih sayang; Min Hyuk tidak tahu.

Ia hanya mengetahui satu hal.

Sejak saat itu, hidupnya seolah-olah terikat dengan jiwa Soo Jung.

.

.

.

“Ia harus segera mendapatkan donor jantung.”

“Kalau tidak?”

“Kalau tidak…” dokter itu menghela napas berat, memandang Min Hyuk dengan sorot prihatin sebelum melanjutkan, “Kau punya waktu dua minggu untuk mengucapkan selamat tinggal.”

.

.

Sial!

Min Hyuk mencengkeram kawat pagar pembatas itu kuat-kuat, membiarkan buku-buku jarinya memutih dan telapak tangannya serasa kebas. Namun ia tidak peduli. Rasa sakit di dalam hatinya jauh lebih tajam menusuk dibandingkan ini. Ketakutannya akan kehilangan Soo Jung terpancar dari setiap sudut jiwanya.

Inilah yang disembunyikan gadis itu darinya.

Waktu bagi mereka untuk bersama dalam dunia yang fana ini semakin menipis. Detik demi detik akan semakin mendekatkan gadis itu kepada cengkeraman tangan kematian. Dan lagi, untuk yang kesekian kalinya, Min Hyuk pun mengulang pertanyaan yang sama.

Apa yang bisa ia lakukan untuk Soo Jung?

Berdoa? Memohon-mohon pada dokter agar segera mencarikan pendonor?

Itu sudah ia lakukan sedari dulu. Ia berdoa setiap hari, mempergunakan setiap detik kehidupan yang ia miliki untuk mengadu dan meminta pertolongan pada Tuhan. Terkadang, Min Hyuk merasa ingin menyerah saja. Sudah dua tahun, dua puluh empat bulan –bahkan lebih, ia isi dengan segala macam doa dan permohonan agar Soo Jung bisa selamat.

Tetapi, apakah Tuhan mendengar jeritan hatinya? Kalau iya, mengapa Soo Jung tak kunjung mendapatkan pertolongan? Mengapa kisah mereka, sepertinya, malah akan berakhir tragis?

Min Hyuk tidak mengerti.

Bukan hanya itu, Min Hyuk pun sudah bekerja amat keras dalam mencarikan donor jantung untuk Soo Jung. Ia bertanya pada setiap dokter, mencari tahu dari semua orang yang dikenalnya, bahkan hingga keluar-masuk berbagai rumah sakit di seluruh penjuru Seoul.

Min Hyuk sudah melakukan segalanya.

Jadi, sekarang, ia harus bagaimana?

Pasrah dan melihat sang gadis meregang nyawa? Memangnya Min Hyuk bisa bersikap setegar itu?

Sudah ia bilang kan,  ia hanya lelaki tak berguna.

Ia hanya bisa diam, menyaksikan Soo Jung berjuang sendiri. Mungkin, ketika nanti akhirnya Soo Jung benar-benar pergi, Min Hyuk hanya bisa menangis dan berusaha menggenggam erat-erat semua keping kenangan yang mereka miliki. Dan Min Hyuk pun akan melanjutkan hidup, dengan rasa bersalah yang selalu setia menggerogoti hatinya, serta rasa menyiksa yang tak akan pernah terhapus hingga akhir hayat.

“Katakan Soo Jung, katakan! Kenapa aku harus berjumpa denganmu dan jatuh cinta kepadamu?!” Min Hyuk meraung keras sembari mendudukkan dirinya di atas lantai semen atap rumah sakit. Beberapa orang menoleh kaget, namun mereka memilih untuk tidak memedulikan Min Hyuk yang berteriak-teriak layaknya orang gila.

Min Hyuk terisak lagi, membiarkan kecemasannya luruh dalam air mata. Mencintai orang yang tak akan pernah bisa membalasmu, itu menyakitkan. Namun, mencintai seseorang yang tak bisa menerimamu karena takdir tak mengijinkan, itu berkali lipat lebih menyiksa.

Ya, Min Hyuk mencintai Soo Jung. Perasaan yang biasa dirasakan oleh setiap manusia di dunia ini, kini sedang bercokol di dasar hati Min Hyuk. Dan bodohnya, ia baru menyadari hal itu sekarang. Dua tahun mengenal Soo Jung dan baru sekarang ia paham akan setiap debaran yang ada?

Kau pria idiot, Kang Min Hyuk! Kemana saja kau selama ini?

Tetapi, tidak. Min Hyuk tidak akan menyatakan perasaan ini pada Soo Jung. Ingatannya telah mendorong si pemuda untuk mengambil keputusan itu. Rekaman percakapan itu berputar dengan kejelasan yang tak terduga, seakan-akan baru saja terjadi kemarin.

.

“Kau tahu, tadi pasien di kamar sebelah berkata bahwa ia menyukaiku.”

Min Hyuk mengangkat alis, menatap Soo Jung yang entah mengapa tampak lebih murung hari ini. Sudah berulang kali Min Hyuk mengucapkan kata ‘ada apa’ demi memuaskan keingintahuannya, tetapi baru sekaranglah Soo Jung buka suara.

“Eumm, lelaki yang kakinya patah itu?” Min Hyuk bertanya ragu. Dua minggu terakhir ini, kamar sebelah Soo Jung dihuni oleh seorang pemuda yang –mungkin –seumuran dengan Soo Jung. Mereka cukup dekat, mengingat Min Hyuk pun beberapa kali memergoki mereka sedang asyik mengobrol bersama.

“Namanya Oh Sehun. Ia baik, sedikit pendiam. Dan aku merasa nyaman bersamanya.”

“Itu berarti kau menjawab ‘iya’ untuk perasaannya?” Min Hyuk kembali bertanya dengan perasaan terbagi. Bahagia, tentu, karena akhirnya ia bisa melihat Soo Jung dekat dengan pria lain selain dirinya. Kalau Soo Jung bisa merasakan secercah cinta dalam hidupnya yang susah ini, sudah pasti Min Hyuk akan ikut merasa senang. Di lain sisi, Min Hyuk iri. Cemburu. Apapun namanya itu, Min Hyuk tidak suka membayangkan perhatian Soo Jung pada dirinya akan mulai terbagi.

“Tidak.”

Min Hyuk serta-merta mengangkat kepala. Ia menatap gadis remaja itu sedang terkekeh kecil ke arahnya.

“Aku bilang ‘tidak’ padanya. Kan, aku sudah punya Min Hyuk Oppa disini,” lanjutnya dengan nada merajuk. Min Hyuk tersenyum kecil, senang melihat bagaimana cara gadis itu menganggap bahwa Min Hyuk adalah miliknya.

“Jadi, kau baru saja membuat seorang lelaki patah hati, heh?” goda Min Hyuk sembari menarik ujung hidung Soo Jung. Sang gadis mengaduh pelan, kemudian mereka pun tergelak bersama.

“Sepertinya, aku akan membuat setiap lelaki patah hati.”

Min Hyuk berhenti tertawa, kali ini ia tidak mampu menangkap apa maksud dari ucapan Soo Jung. Dipandanginya Soo Jung, yang kini sudah menunduk dalam dan mulai menyembunyikan keresahannya.

“Soo… kenapa?”

“Aku tidak akan menerima pernyataan cinta lelaki manapun. Tidak. Aku tidak bisa.”

Min Hyuk termenung, menatap Soo Jung yang mati-matian menahan tangis. Gadis itu tak perlu berkata-kata lebih lanjut, namun Min Hyuk sudah mengerti semua alasan yang tersembunyi di balik sosok rapuhnya. Ia merentangkan kedua lengannya, menarik Soo Jung masuk, dan membiarkan air mata membasahi kain kemejanya.

Soo Jung mengubur kepalanya dalam-dalam, namun hal tersebut tidaklah cukup untuk menghalangi pendengaran Min Hyuk dalam menangkap kalimat yang tiba-tiba saja terucap.

“Aku tidak mau menyakiti orang yang kucintai kalau aku pergi nanti. Itulah sebabnya, aku menolak.”

.

Min Hyuk menekan-nekan dadanya, berusaha memaksa masuk perasaan bernama cinta yang tiba-tiba meluap keluar. Tidak, ia tidak boleh seperti ini. Kang Min Hyuk akan selamanya berada di sisi Jung Soo Jung tanpa bisa mengungkapkan perasaannya. Ya, Min Hyuk harus mulai memahami dan menerima argumen itu.

Ia tidak ingin membebani hidup Soo Jung, menambah-nambahi minyak ke dalam api yang sudah berkobar. Sudah cukup banyak persoalan yang harus mereka hadapi saat ini, dan ia tidak sekejam itu untuk menumpukkan beban tambahan di atas tubuh mungil gadisnya.

Mn Hyuk merogoh kantong jaketnya, meraih ponsel, kemudian menatap fotonya dan Soo Jung yang terpampang disana. Ia hanya perlu menguatkan diri. Semuanya pasti bisa berjalan lancar, semua akan baik-baik saja, semua akan menemui jalan keluar…

Drrtt!

Getaran ponsel itu mengejutkan Min Hyuk, mengembalikannya kembali ke alam sadar. Ia menatap layar, mendapati nama Soo Jung tertulis di atasnya.

“Mau makan malam denganku tidak? Kau menghilang kemana, sih?”

Min Hyuk mengulas senyum simpul, berdeham pelan untuk membersihkan tenggorokannya yang mendadak serak. Soo Jung mencarinya, mengajaknya untuk melewatkan rutinitas harian mereka –berdua menikmati makanan di atas ranjang Soo Jung –dan untuk itulah, Min Hyuk harus segera mendapatkan keyakinannya bahwa semua pasti akan baik-baik saja.

“Baiklah. Maafkan aku, Soo… aku akan kembali, lima menit lagi?”

Di ujung sana, Soo Jung terkikik kecil. Perhatian Min Hyuk cukup untuk mengembalikan setitik keriangan ke dalam hidupnya.

“Lima menit. Aku akan mengawasi jamnya, Oppa.”

Min Hyuk buru-buru memutus sambungan telepon, berlari kecil menuju pintu kaca yang terletak di belakangnya. Sembari melangkahkan kakinya, ia berusaha keras untuk melepaskan semua pemikiran yang tadi sempat singgah di benaknya. Mengabaikannya untuk sementara, membungkus, kemudian membuangnya jauh-jauh di tengah kegelapan malam.

Ia bukan pemuda yang lemah, dan ia tidak boleh terlihat seperti itu. Ia harus kuat.

Min Hyuk boleh saja menganggap dirinya lelaki yang tidak berguna, tetapi demi Soo Jung ia harus menyingkirkan rasa pesimis itu. Ia harus berusaha agar –setidaknya –dirinya tidak tampak sebagai sosok yang terlampau putus asa.

Karena mulai sekarang, Kang Min Hyuk akan mencoba tersenyum.

Demi gadisnya, demi seorang Jung Soo Jung semata.

***

Aish, Kai!”

Entah untuk yang keberapa kalinya, Taemin kembali mengacak-acak rambut kecoklatannya sambil melontarkan nada frustasi. Di lain pihak, Kai malah sibuk berjalan mondar-mandir di antara kerumunan manusia yang berdesakan di Hongdae, jelas-jelas mempergunakan keuntungannya sebagai makhluk yang tak dapat tertangkap mata manusia.

Penampilan sih keren, tetapi apa kata para senior lainnya jika melihat ada seorang shinigami yang tingkah-polahnya seperti ini? batin Taemin berkata sinis.

Lagipula, Taemin sudah menduduki jabatannya ini selama lima tahun. Lima tahun! Dan kini, ia harus menahan diri untuk bekerja sama dengan bocah seperti Kai yang baru satu tahun menjadi shinigami? Yang benar saja!

Seingatnya, ia adalah tipe yang selalu berusaha agar terlihat cool dan selalu memancarkan aura dingin nan seram. Cocok dengan statusnya sebagai seorang pembawa pesan kematian dan pengantar roh manusia menuju alam yang lain. Sungguh, pernahkah kau bertemu dengan seorang death messenger yang berjalan-jalan santai di sepanjang Hongdae dan memandangi setiap toko kue maupun es krim dengan tatapan berbinar?

Hanya Kai sajalah yang bisa berbuat seperti itu.

Merasa tak mengerti dengan tingkah partner-nya kali ini, Taemin mempercepat langkahnya untuk mengikuti tubuh tinggi Kai di depan sana. Matanya memicing tajam, kali ini mendapati bahwa bocah itu sedang asyik menjilati bibir bawahnya sembari mengamati setumpuk waffle yang disiram sirup cokelat dan disajikan dengan ice cream vanilla.

“KAI!!”

Kali ini, Taemin benar-benar habis sabar. Ia berderap menghampiri temannya, dengan cepat menariknya menjauhi etalase toko yang dipenuhi oleh berbagai macam makanan dan minuman penggoda selera itu.

“Dengar ya, mana ada shinigami yang menyukai makanan manis?” Taemin mulai berteriak-teriak dan mengayun-ayunkan tongkat hitamnya yang –seperti Kai ketahui –bisa berubah menjadi sebuah death scythe kapanpun pemiliknya menghendaki. Kai meringis kecil, menunjukkan rasa bersalahnya karena telah mengabaikan tugas.

“Ayolah, hyung… makanan manis itu enak, kenapa kau begitu membencinya?”

“Asal kau tahu saja, kita ada tugas! Tugas! Siapa pula tadi yang menyeretku kemari di tengah waktu liburan?”

“Baik… baik. Jadi apa tugas kita?”

Taemin memelototi Kai, dengan sigap mengeluarkan buku bersampul kulit hitam dari balik jasnya. Ia melemparkan benda tebal bertuliskan Cinematic Life Record itu ke arah Kai, yang langsung menangkapnya dengan kedua tangan.

“Cari tahu letaknya, kemudian panggil aku,” perintah Taemin langsung. Terselip nada malas di dalam suaranya, membuat Kai ikut menggerutu kesal. Taemin tertawa puas. Laki-laki itu menepuk-nepuk bahu Kai dengan sikap menggurui dan bergegas menghilangkan diri sebelum Kai bisa membalas perbuatan usilnya.

Ck, Taemin hyung benar-benar…” Kai hanya bisa mengomel sendiri, jari-jarinya bergerak cepat dalam membolak-balik buku di hadapannya. Matanya memindai setiap nama yang ada, mencari halaman yang tadi sempat ditunjukkan oleh pimpinan mereka sebelum berangkat.

“Nah! Ini dia!”

Ia berhenti di sebuah halaman yang menampilkan foto seorang laki-laki bermata sipit sedang merangkul seorang perempuan berambut panjang; berikut dengan nama, keterangan, serta tanggal kematian salah satu dari mereka.

December, 13th 2012. Afternoon. 16:25:03 p.m.

Kai meraih jam sakunya, menatap waktu yang tertera di sana. December, 11th 2012. 21:02:36 p.m.

“Baiklah. Dua hari lagi dan aku akan bebas tugas,” ucapnya riang. Ia mulai melangkahkan kakinya menyusuri jalanan, mencari-cari keberadaan manusia yang harus ia tangani. Ekor jas hitamnya berkelebat dalam pekatnya malam, sementara bibirnya mulai membisikkan sebuah mantra.

Satu kerjapan mata dan tubuh Kai pun bertransformasi sepenuhnya. Menampakkan seekor burung gagak hitam yang terbang menjauh dengan lincahnya, menuju salah satu rumah sakit di pusat kota Seoul.

***

December, 12th 2012.

“Kau akan… apa?”

Min Hyuk masih mempertahankan posisi tubuhnya yang mendadak kaku dengan mulut ternganga. Di sampingnya, Soo Jung tersenyum amat lebar, jelas sekali jika ia tidak sanggup menyembunyikan rasa bahagianya.

“Dokter bilang, ia sudah mendapatkan pendonor yang cocok untukku. Jadi…”

“Kau yakin?”

Soo Jung terdiam, manik matanya memandang Min Hyuk penuh selidik. Ia tidak mengerti. Mengapa Min Hyuk tampak begitu terkejut mendengar kabar ini? Bukankah ini yang mereka inginkan sejak dulu? Mendapatkan pendonor agar Soo Jung bisa segera hidup normal?

“Aku tahu kalau kemungkinanku selamat hanyalah lima puluh persen. Tetapi, apa oppa tidak mau mendukungku?”

Min Hyuk memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan rasa yang berkecamuk di baliknya. Tentu saja ia senang, sangat senang. Jika Soo Jung berhasil melalui semua ini, maka mereka pun akan bisa hidup seperti orang-orang lainnya. Bahkan mungkin, Min Hyuk pun bisa menyatakan perasaannya pada Soo Jung.

Tetapi jika tidak? Apakah itu artinya Min Hyuk harus mengucapkan selamat tinggal lebih cepat dari yang diperkirakan?

“Kapan kau–

“Operasi?” potong Soo Jung langsung. Min Hyuk mengangguk ragu.

“Besok.”

Besok.

Satu kata itu menggemakan kengeriannya, membelitkan diri di seluruh raga Min Hyuk. Ia bisa merasakan telapak tangannya gemetaran dan pandangannya mulai mengabur. Pemuda itu tidak menduga bahwa kejadian yang nantinya menentukan hidup dan mati sang gadis akan berlangsung dalam kurun waktu dua puluh empat jam saja.

Tidak Min Hyuk. Kau tidak boleh menangis. Ingat janjimu untuk selalu tersenyum di depan Soo Jung?

Oppa…” Soo Jung mendesah kecil, mengangkat dagu Min Hyuk lembut, dan memandang kedua iris hitam itu dalam-dalam.

“Aku akan baik-baik saja. Asalkan oppa ada disini dan berjanji untuk selalu menemaniku, maka segalanya akan berjalan lancar. Kau… percaya padaku, bukan?”

“Tentu saja,” tandas Min Hyuk cepat. Ia memercayai Soo Jung sepenuhnya. Bagaimanapun keadaannya.

“Jadi, kau akan berada disini? Besok?”

Min Hyuk baru saja akan mengangguk mantap, ketika kesadaran itu menghantamnya telak. Ia tahu ada sesuatu yang salah sejak gadis di hadapannya itu menyebut-nyebut soal hari esok. Min Hyuk sudah dijadwalkan untuk berkunjung ke Jeonju bersama rekan-rekan dari majalah tempatnya bekerja. Dan sialnya, ia adalah satu-satunya orang yang bertugas di bidang dokumentasi. Mengundurkan diri dari tugas sama artinya dengan mencari jalan cepat untuk dikeluarkan.

“Soo… besok aku…”

“Aku tahu. Oppa harus pergi ke Jeonju, iya kan?”

“Bagaimana kau…”

“Bukankah seminggu yang lalu kau sudah menceritakan semuanya padaku?” balas Soo Jung mengingatkan. Min Hyuk menepuk kepalanya sendiri, merasa bodoh karena telah melupakan hal sepenting itu.

“Lalu…”

“Pergilah. Kau akan berangkat pagi-pagi dan kembali ke Seoul sebelum malam, bukan? Berjanjilah padaku, kau harus berada di samping ranjangku saat aku sadar kelak,” pinta Soo Jung sembari memamerkan senyum termanisnya. Min Hyuk mendesah lega. Untuk yang satu ini, Min Hyuk pasti akan menepatinya.

“Tentu. Aku berjanji,” ia membalas ringan, mengecup puncak kepala Soo Jung perlahan. Suara tawa sesekali memberi jeda pada obrolan-obrolan sederhana yang mereka lakukan, menyingkirkan aura tegang yang tadi sempat melingkupi.

Mereka sama-sama tidak mampu untuk memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya. Jadi, untuk saat ini, tidak ada salahnya bukan menikmati waktu yang masih ada dalam kuasa mereka?

***

Apa kau tidak memiliki penyamaran yang lebih bagus sedikit?”

Seekor burung berbulu hitam legam menolehkan kepalnya, berkaok keras tatkala mata kecilnya menangkap sosok seekor kucing hitam sedang berjalan santai ke arahnya.

“Kucing kan tidak bisa terbang. Jelas-jelas penyamaranku ini lebih baik.”

Kucing itu mulai mengeong, jelas-jelas tidak terima mendengar penghinaan yang dilontarkan teman seperjuangannya. Satu desisan kesal dan sosok kucing itu pun lenyap. Taemin berdiri tegak di tempat kucing itu berada sepersekian detik yang lalu, tangannya mencengkeram burung gagak hitam yang sempat merendahkannya tadi.

Kau gila, hyung? Ya! Lepaskan!”

Taemin terkekeh mendengar protes Kai di kepalanya, dengan jahil ia mulai menarik-narik bulu burung di hadapannya. Kai mulai bersuara semakin keras, mematuk-matuk lengan Taemin menggunakan paruh tajamnya.

Ouch! Kai! Aww! Sakit bodoh!” buru-buru Taemin mengibaskan tangan kanannya, melepaskan Kai yang langsung terbang berputar-putar dengan bebasnya.

“Berubahlah Kai. Melelahkan untuk terus-menerus berbicara dengan telepati seperti ini.”

“Kau… nyaris… membunuhku,” Kai berkata putus-putus sembari merapikan jasnya yang tampak kusut. Ia meluruskan diri, menghampiri Taemin yang sudah berdiri di atap sebuah gedung dengan ekspresi santai.

Taemin mengangkat bahu, seolah itu bukan masalah besar. Ia tahu Kai hanya sedang membesar-besarkan masalah seperti biasa. Mengabaikan omelan yang dilontarkan oleh partner-nya itu, Taemin pun mulai mengedarkan pandang. Mencari-cari manusia mana yang harus mereka awasi mulai hari ini.

“Yang itu, hyung,” ucap Kai singkat seolah bisa menebak isi pikiran Taemin. Telunjuknya mengarah ke sebuah gedung rumah sakit yang terletak berseberangan dengan tempat mereka berpijak sekarang. Taemin menyipitkan mata, memandang dua pasang anak manusia –laki-laki dan perempuan –yang sedang bercengkerama dengan asyik.

“Salah satu dari mereka?”

Mmm-hmm.

“Baiklah, kita kesana?” Taemin tersenyum lebar, kali ini benar-benar merasa bangga dengan hasil kerja Kai. Yang diajak hanya balas menyeringai, kemudian mengangguk mengiyakan. Mereka kembali berteleportasi, bersiap untuk membuntuti dan mencabut nyawa manusia itu tepat pada waktunya.

Your life-time will end shortly… Better if you start to prepare it, right?

 

***

December, 13th  2012

Kedua pemuda itu berjalan dengan langkah mantap, mengeluarkan senjata masing-masing yang akan segera digunakan dalam waktu singkat. Tidak ada candaan yang keluar dari mulut mereka, pun gurauan yang biasanya selalu menghiasi. Mereka sama-sama menunjukkan mimik serius, mengamati setiap detik jam yang berlalu dengan cermat.

Tidak boleh ada keterlambatan barang sedetik pun. Tidak boleh ada kesalahan barang setitik pun.

Kai mengatupkan bibirnya rapat-rapat, mata tajamnya mengikuti arah pergerakan sang korban yang sedang bersiap menyeberang jalan. Di seberang jalan, Taemin sudah bersiap dengan death scythe-nya, siap menebas manusia itu kapanpun juga.

16:24:57

Tinggal beberapa detik lagi.

16:25:00

Tiga.

Dua.

“Taemin hyung! Sekarang!”

Satu.

Kilasan perak pisau itu berkelebat, menyambar tubuh tinggi seorang laki-laki. Tidak ada satupun manusia disana bisa merasakan kehadiran Kai dan Taemin –tentu saja –kendatipun kerumunan orang yang ada kini mulai menjerit-jerit histeris saat menyaksikan sebuah adegan kecelakaan terpampang langsung di depan mata mereka.

Kai berlari cepat, menghampiri Taemin yang sedang berlutut di samping seorang pemuda tampan bermata kecil. Korban mereka itu tampak tersiksa, berusaha keras melawan siksaan pisau milik Taemin dan seluruh tubuhnya kejang-kejang karena ajal yang semakin dekat.

Game over…” Taemin berbisik sekilas, kini menatap seberkas cahaya yang melayang di sampingnya –sebentuk roh yang baru saja terpisahkan dari raganya.

Kai menarik sudut-sudut bibirnya, senang karena tugasnya berakhir dengan baik. Ia sedikit merasa puas dengan dirinya sendiri yang tidak lagi melakukan kesalahan fatal. Ditariknya keluar Cinematic Life Record miliknya, membuka halaman yang sudah ia tandai beberapa saat yang lalu, dan mulai menuliskan keterangan atas misi hari ini.

Kang Min Hyuk. 22 years.

Seoul. December 13th, 2012. 16:25:03

Status: Dead

Mission completed

-tbc-

Notes from author:

  • Outsiders: bisa dibilang ini dunianya para shinigami. Keterangan lebih lanjut akan ada di chapter 2.
  • Shinigami: bahasa Inggrisnya itu grim reaper. Semacam malaikat pencabut nyawa, yang tugasnya juga termasuk mengantar roh sampai tujuan terakhirnya.
  • Death scythe: pisau, pedang, atau alat-alat semacam itu. Fungsinya untuk menarik keluar roh manusia dari raganya + senjata para shinigami.
  • Cinematic Life Record: buku berisi semua informasi tentang manusia. Lebih tepatnya, buku petunjuk dan panduan buat para shinigami melaksanakan tugas mereka.
  • Karakter Taemin sama Kai disini emang ‘agak’ berkesan OOC. Tapi memang saya berniat menonjolkan sisi ‘dewasa’-nya Taemin sebagai hyung dan juga sisi ‘kekanak-kanakan’-nya Kai sebagai adik/juniornya Taemin 🙂

Ada yang kurang jelas, bisa ditanyakan di kotak komentar.

Fic ini bakal saya publish setiap hari Selasa/Rabu, jadi silakan stay tuned pada hari-hari tersebut buat nunggu lanjutannya.

and a little bit spoiler for next chapter >>

[Life-After-Life: Extended]

“Kumohon, satu saja kesempatan untuk memenuhi janjiku…”

.

.

“Sudahkah kau mengingatnya? Urusan tertinggalmu?”

.

.

“Kau pun memiliki masa lalumu sendiri…”

***

Okay, that’s all! I’m waiting for your review 🙂

 

8 thoughts on “Life-After-Life: Earth, New Job, and Fate [1/?]

  1. FFnya bagusss XD btw, ini yg jadi authornya di IFK bukan sih? ._.
    aku ga nyangka ternyata yg meninggal itu Minhyuk..
    trs nasibny Kle gimana? ._.
    aku kira yg meninggal antara Sehun sama Soo -_-v
    keren ffnya XD itu Taemin sama Kai jadi shinigami ya? ._. kya 49 days kan? tp, nama shinigami itu bukanny yg di manga ya? -__-v #kicked..
    poor Soo.. disini dia kena penyakit apa sih? u__u
    ah.. saya penasaran sama kelanjutannya XD aku akan menunggu kelanjutanny XD

    Like

    • iyaaa, aku author di IFK… hehehe, fic ini juga aku publish di IFK kok.. malah duluan disana daripada dimari…
      Sehun disini cuma cameo numpang lewat doang kok.. dan dia masih hidup..
      dan Kle-nya kan lagi operasi.. hidup-matinya dia di next chapter ya /kicked/
      Soo itu punya kelainan jantung begitu sejak kecil.. kayaknya di atas ada deh pas flashback-nya MinHyuk ketemu Soo O__O

      iyap, shinigami itu semacam bang jung ilwoo di 49 days, cuma disini aku pake istilah Jepangnya aja XD
      kelanjutannya next week yaa~ stay tuned ^^
      thankyouuu 🙂

      -regards, Tsukiyamarisa-

      Like

      • waaa? kok aku ga nemuin fic ini ya? #mataburem..
        okeh, beneran sumpah aku penasaran bgt sama hidup matinya si Kle.. trs gimana perasaanny dia pas dia tau Minhyuk udah meninggal?
        duuh.. frustasi karena penasaran T.T
        iya ada ternyata O_O aku ga terlalu merhatiin ._. #tendang.. XD
        ya, at least aku akan menanti fic ini ada di IFK ya ^^ semoga next episode-nya ASAP XD

        Like

  2. Speechless mer!!!! Keren!!!!
    Tapi aku udah nebak kalo yang bakal mati si minhyuk >,<
    Lama-lama aku demen kai nih, tingkahnya lucu xD tapi aku kok ngebayanyin tingkahnya si kai ini dengan muka minhyuk ya -,-

    Loh? Shinigaminya juga animagus? xD *emangnya Harry potter*

    Lanjut mer~ pengen tau siapa lagi yang bakal mati *loh(?) xD

    Like

    • Uuuu, makasih fantasy abalku ini dibilang keren > < modal nekat nih bikin beginian xD

      Errr… Ya udah kau naksir minhyuk aja, jangan Kai!!

      Shinigaminya ya shinigami -____-"
      Emang cuma harry potter yg boleh jadi hewan (?)

      Okayyy, tunggu reply-an ku di komen yg lain ya *plop *hilang

      Like

  3. ♥ Tafunazasso ♥

    This is…such a real damn good story! Wow!
    Sumpah, selain cast-nya (TaeKaiStal), cerita dan penuturannya juga bagus banget, sumpah! Daebak! Apalagi tema ceritanya dark fantasy soal shinigami-shinigami beginian yang sekarang ini bener-bener susah dicari ^^
    Oh ya, di bagian summary ditulis kalau misalnya mereka punya masa lalu yang saling berhubungan kan? Hehe, jadi penasaran hubungan yang kayak gimana^^
    Untuk penokohannya, kukira bakalan nggak klop kalau misalnya Taemin jadi sosok sadis dingin sementara Kai jadi shinigami yang nggak kayak shinigami gitu, karena texture (?) muka mereka kan emang kayak udah direncanain kalau Taemin jadi cowok hangat (next door type) dan Kai jadi cowok dingin-dingin sadis begitu, eh tapi kenapa di cerita ini sosok sunbaenim-nya Taemin dan junior Kai jadi pas banget begini ya^^ Pokoknya aku suka penokohan mereka berdua, hehe ^^
    Oke, boleh lanjut baca kan, chingu? Oh ya, salam kenal, Chii imnida, 96 line ^^

    Like

    • halo jugaaa, selamat datang di blog sederhana ini dan aku juga mau minta maaf ya karena baru bisa membalas semua komentar kamu sekarang ^^
      salam kenal juga ya chii, Amer disini, 95liner, bangaptaaa~~

      pertama, aku mau bilang terima kasih dulu, soalnya kamu udah repot2 mau nyasar di blog ini dan bilang kalo ceritaku bagus, wikikik, aku terharu nih baca komentar panjangmu, penyemangat banget soalnya 🙂
      ah, ini masuk ke dark-fantasy ya? sebenernya aku terinpirasi dari MV-nya SHINee plus komik black butler juga sih, makanya bisa buat fic ini.. jangan kaget kalo ada beberapa istilah dimari yg minjem dari itu komik xD

      iya mereka itu punya hubungan masa lalu yang rumit gituuu… eumm, sejauh ini (sampe chapter 6 maksudnya) udah kebongkar beberapa kok, jadi selamat membaca dan menghilangkan rasa penasaranmu yaaa 😀

      yep, banyak yg heran kok awalnya sama penokohan ini… Taemin yang dingin dan dewasa ditambah Kai yang mendadak jadi bocah usil dan hobi ngerusuh~ emang Taemin itu imagenya boy next door yang jadi idaman cewek banget sedangkan Kai lebih ke cowok misterius dan sok pendiem kali ya… tapi gara2 itulah aku pengen bikin sesuatu yang berbeda disini…
      eumm, salahkan TaeKai moment waktu photoshot atau shooting Maxstep itu, dimana Taemin sukanya sok manly dan berasa senior kalo udah di deketnya kai, sedangkan kai sendiri nurut2 aja kalo dinasehatin sama Taemin xD mungkin gara2 itulah aku pengen masukin karakter Taemin yg dewasa dan Kai yg masih bocah (krn aslinya emang taem lebih tua kan?) di fic ini 😀
      jadi, makasih banyak udah suka sama penokohan mereka (yg untungnya nggak fail ini) hehehe…

      okee, silakan lanjut membaca, thankieeees :3

      Like

  4. ninggalin jejak. meramer, punya fic genre fantasi lain gak? atau ada rekomen? lagi ketagihan baca genre fantasi nih ><
    udah nebak sih kalau yg mati bakal si minhyuk, dan taemin disini kesannya ooc banget emang. u.u
    udah segini aja, mau lanjut baca chap selanjutnya~ xD

    Like

Leave a comment